eksplorasi geofisika

         Metode eksplorasi geofisika merupakan salah satu cara untuk mempelajari dan mengetahui citra atau gambar atau struktur batuan atau tanah yang berada di bawah permukaan bumi. Metode ini sering digunakan terutama dalam pencarian lapangan minyak dan gas bumi, sumberdaya air tanah, endapan mineral yang bernilai ekonomi, dan untuk aplikasi rekayasa teknik sipil dan lingkungan. Bahkan sudah sejak dahulu metode ini juga digunakan untuk mengidentifikasi informasi dan menentukan lokasi suatu situs atau objek arkeologi yang bernilai sejarah.
        Metode eksplorasi geofisika, khususnya yang sering dikenal sebagai metode geofisika dangkal (shallow geophysics) atau geofisika dekat permukaan (near-surface geophysics), terutama digunakan untuk mendapatkan citra struktur tanah di bawah permukaan dangkal yang berhubungan dengan keberadaan suatu artefak ata uobyek – obyek arkeologi umumnya.
        Berbagai macam objek geofisika dapat dan telah banyak dimanfaatkan untuk studi arkeologi, beberapa diantaranya yang paling sering dan populer adalah metode tahanan-jenis listrik atau sering disebut sebagai geolistrik, metode magnet bumi atau geomagnet, dan metode elektromagnetik terutama georadar.
        Metode geofisika lainnya yang juga bisa dipakai adalah metode seismik dan metode penentuan umur mutlak batuan atau benda arkeolog berdasarkan kandungan karbon-14 (C14), kalium-argon (K-Ar), dan termoluminesen. Aitken (1974) memberikan contoh – contoh aplikasi metode geofisika untuk arkeologi dalam bukunya berjudul Physics and Archelogy.
        Penggunaan metode geofisika untuk eksplorasi obyek arkeologi telah banyak dimanfaatkan di banyak negara, beberapa di antaranya adalah Inggris, Mesir, Jepang, Cina, Meksiko, India dan beberapa negara di Amerika Selatan dan daratan Eropa. Mereka telah banyak menghasilkan sukses besar dalam mengidentifikasi informasi ddan menentukan lokasi obyek arkeologi yang letaknya berada hanya beberapa meter sampai puluhan meter dari permukaan tanah.
        Selain metode geofisika, metode penginderaan jauh (remote sensing) dan metode pedologi, khususnya stratigrafi tanah sering pula dimanfaatkan dalam studi arkeologi.