Titrasi reduksi oksidari
(redoks) merupakan jenis titrasi yang paling banyak jenisnya. Terbaginya
titrasi ini dikarenakan tidak ada satu senyawa (titran) yang dapat bereaksi
dengan semua senyawa oksidator dan reduktor, sehingga diperlukan berbagai
senyawa titran. Karena prinsipnya adalah reaksi redoks, sehingga pastinya akan
melibatkan senyawa reduktor dan oksidator, karena Titrasi redoks melibatkan
reaksi oksidasi dan reduksi antara titrant dan analit. Jadi kalau titrannya
oksidator maka sampelnya adalah reduktor, dan kalau titrannya reduktor maka
samplenya adalah oksidator. Salah satu jenis titrasi redoks adalah titrasi iodometri dan iodimetri.
Iodimetri merupakan metoda
titrasi atau volumetri yang pada penentuan atau penetapan berdasar pada
jumlah I2 (iodium) yang bereaksi
dengan sampel atau terbentuk dari hasil reaksi antara sampel dengan ion iodida
(I-). Iodimetri termasuk titrasi redoks dengan I2 sebagai titran. Seperti dalam reaksi
redoks umumnya yang harus selalu ada oksidator dan reduktor, sebab bila
suatu unsur bertambah bilangan oksidasinya (melepaskan elektron), maka harus
ada suatu unsur yang bilangan oksidasinya berkurang atau turun (menangkap
elektron), jadi tidak mungkin hanya ada oksidator saja ataupun reduktor saja. Dalam
metoda analisis ini analit dioksidasikan oleh I2, sehingga I2
tereduksi menjadi ion iodide, dengan kata lain I2 bertindak sebagai oksidator. Indikator yang digunakan adalah suspensi amilum atau
kanji, sedikit kelebihan larutan iod akan membentuk warna biru gelap dengan
amilum dan titik akhir titrasi tercapai pada saat warna bitru hilang.
Dari sekian
titrasi iodimetri yang digunakan, diantaranya :
1. Penetapan Vitamin C
Iod dapat menitrasi vitamin C (asam askorbat) secara langsung, perlu
diperhatikan disini iod mengoksidasi gugus fungsional (OH)C=C(OH)
Menjadi suatu gugus alfa diketon dalam asam dehidroaaskorbat.
2.
Penetapan kadar air menggunakan metode Karl Fischer
Metode ini adalah suatu titrasi
air dengan larutan metal alcohol anhydrous yang mengandung iod, belerang
dioksida dan piridin berlebihan. Hal yang perlu diperhatikan ialah satu mol air
bereaksi dengan satu mol iod.
Iodometri adalah analisa titrimetri yang secara tidak langsung untuk
zat yang bersifat oksidator seperti besi (III), tembaga (II), termasuk untuk
mengetahui kadar klor dan brom, dimana zat ini akan mengoksidasi iodida yang
ditambahkan membentuk iodin. Metode titrasi iodometri (tak langsung)
menggunakan larutan Na2S2O3 sebagai
titran untuk menentukan kadar iodium yang dibebaskan pada suatu reaksi
redoks.Garam ini biasanya berbentuk sabagai pentahidrat Na2S2O3.5H2O. Larutan tidak
boleh distandarisasi dengan penimbangan secara langsung, tetapi harus
distandarisasi dengan standar primer, larutan natrium tiosulfat tidak stabil
untuk waktu yang lama. Tembaga murni dapat digunakan sebagi standar primer
untuk natrium tiosulfat.
Dalam iodometri I- dioksidasi
oleh suatu oksidator. Jika oksidatornya kuat tidak apa – apa, tetapi jika
oksidatornya lemah maka oksidasinya berlangsung sangat lambat dan mungkin tidak
sempurna, ini harus dihindari. Cara menghindarinya :
·
Memperbesar [H+], jika
oksidasinya kuat dengan menambah H+ atau
menurunkan pH.
·
Memperbesar
[I-], misalnya oksidasi dengan Fe3+.
·
Dengan
mengeluarkan I2 yang berbentuk dari
campuran reaksi : misalnya dikocok dengan kloroform, karbon tetra klorida atau
bisulfida, maka I2 akan masuk dalam pelarut
organik ini, sebab I2 lebih mudah larut dalam
senyawa solven organic daripada dalam air.
COMMENTS