tanda diabetes mellitus

   
Pada dekade tahun 1960, diabetes mellitus dapat diartikan sebagai penyakit metabolisme yang dikelompokkan ke golongan hiperglikemia atau gula darah yang lebih dari normal (gula darah normal 80 – 120 mg%). Sehingga, diabetes mellitus disebut juga sebagai penyakit gula. Dengan adanya glukosuria, yaitu adanya gula dalam air seni maka penyakit ini dikenal pula dengan nama penyakit kencing manis. Kedua hal ini disebabkan karena ketidakmampuan sel dalam mempergunakan karbohidrat untuk menghasilkan tenaga.

        Pada saat ini, diketahui bahwa informasi mengenai diabetes mellitus bukan hanya dianggap sebagai gangguan tentang metabolisme karbohidrat. Namun, ini menyangkut tentang metabolisme protein dan lemak yang diikuti dengan komplikasi – komplikasi yang bersifat kronis (menahun), terutama yang menimpa struktur dan fungsi pembuluh darah.

        Tanda dan keluhan awal serta komplikasi akut dari diabetes diakibatkan adanya gangguan metabolisme. Pada keadaan lanjut timbul gejala dan keluhan akibat komplikasi pada pembuluh darah, seperti gangguan penglihatan, gangguan ginjal, dan gangguan lain aibat adanya atherosklerosis, seperti penyakit jantung koroner (PJK) dan gangguan serebo vaskuler.

        Adanya tanda – tanda dan keluhan dari penderita diabetes terutama diakibatkan, berkurangnya glukosa yang masuk ke dalam sel jaringan perifer, dan bertambahnya jumlah glukosa yang dilepaskan ke dalam darah oleh hati akibat meningkatnya glukoneogenesis. Penyebab ini akan mengakibatkan peningkatan kadar gula dalam darah (hiperglikemia) dan jaringan ekstraseluler. Dengan demikian walaupun terjadi kelebihan glukosa dalam ektraseluler, tetapi terdapat defisiensi intraseluler atau dikatakan sebagai “ kelaparan di tengah kelimpahan”.

        Gejala khas diabetes mellitus berupa poliuria, polidipsia, lemas, dan berat badan turun (meskipun nafsu makan meningkat atau polifagia), hiperglikemia, dan glukosuria. Gejala lain yang mungkin dikemukan pasien adalah kesemutan, gatal, mata kabur dan impotent pada pasien pria serta pruritus vulvae pada pasien wanita. Jika ada keluhan dan gejala khas serta ditemukannya pemeriksaan glukosa > 200 mg/dl, hal itu sudah cukup untuk menunjukkan diagnosis diabetes mellitus. Pada keadaan akut, dapat terjadi ketosis, asidosis, dan koma.

        Pada penderita yang tidak begitu berat, peningkatan kadar gula darahnya tidak begitu mencolok sehingga harus dilakukan tes toleransi terhadap glukosa, yaitu :

1.    Tes toleransi glukosa
Pada penderita diabetes, glukosa menumpuk di dalam darah, terutama pada keadaan setelah makan. Bila pada penderita diabetes diberikan glukosa secara oral dengan dosis tertentu (75 g glukosa) maka gula darahnya akan meningkat lebih tinggi dari orang normal dan turunnya pun juga lebih lambat. Tes ini disebut juga sebagai “tes toleransi glukosa oral”.

Gangguan toleransi glukosa pada penderita diabetes antara lain disebabkan menurunnya jumlah glukosa yang masuk ke dalam sel jaringan perifer dan gangguan fungsi glukostatik dalam hati. Pada keadaan defisiensi insulin, jumlah glukosa yang masuk ke dalam otot rangka, otot jantung, otot polos dan jaringan lain berkurang. Walaupun pengambilan glukosa oleh hati juga menurun, tetapi hal ini tidak mempunyai efek secara langsung. Absorbsi glukosa dalam usus tidak berpengaruh, demikian pula penyerapan kembali dari urine oleh sel – sel ginjal. Pengambilan glukosa oleh sel – sel otak dan darah merah juga normal.

Dalam keadaan normal, insulin membantu sintesa glikogen dan menghambat outut glukosa dari hati. Bila kadar gula dalam darah meningkat, dalam keadaan normal sekreasi insulin juga meningkat dan glukoneogenesis akan menurun.  Pada keadaan diabetes, fungsi ini tidak terdapat sehingga terjadi gangguan terhadap toleransi glukosa.

2.    Akibat hiperglikemia pada diabetes mellitus
Hiperglikemmia dapat menyebabkan gejala – gejala yang diakibatkan oleh hiperosmolaritas darah. Karena gula darah melebihi normal, gula ikut dikeluarkan oleh ginjal (karena melebihi nilai ambang ginjal). Adanya gula atau glukosa dalam urine dosebut glukosuria.

Dengan  adanya gula yang bersifat menarik cairan ke dalam air kemih, akibatnya volume air kemih berlebihan dan penderita menjadi sering kencing. Keadaan ini disebut poliuria. Karena kehilangan cairan yang berlebihan (melalui urine), di dalam tubuh penderita terjadi hipovolemia. Hipovolemia akan mengakibatkan timbulnya rasa haus sehingga penderita banyak minum atau polidipsia.

Akibat adanya gangguan ada transportasi gula ke sel – sel jaringan, terutama sel otot, sel tersebut akan kekurangan energi. Disamping itu, adanya glukosuria berarti tubuh kehilangan energi secara percuma. Untuk setiap gram glukosa yang diereksi, 4,1 kkal hilang dari tubuh. Dengan demikian penderita akan merasa lemas dan lapar sehingga penderita makannya banyak, disebut polifagia. Kenaikan intake karbohidrat per oral untuk menutupi kehilangan ini dengan mudah akan meningkatkan glukosa darah lebih lanjut dan meningkatkan glukosuria. Hal ini akan mengakibatkan mobilisasi protein endogen dan cadangan lemak sehingga terjadi penurunan berat badan. Dengan demikian pada penderita diabetes meskipun banyak makannya pada umumnya terjadi berat badan pada penderita.

3.    Akibat defisiensi glukosa intraseluler
Bahwa pada diabetes mellitus terdapat glukosa yang berlebihan di luar sel, tetapi kekurangan di dalam sel. Dalam keadaan norml, sumber energi utama untuk proses -  proses seluler adalah hasil katabolisme glukosa. Pada penderita diabetes mellitus, karena tidak  terdapat glukosa di dalam sel, maka kebutuhan energi harus dipenuhi dari pemecahan protein dan cadangan lemak.  Salah satu akibat dari kenaikan mekanisme pengaktifan kataolisme protein dan lemak adalah ketosis atau ketonemia.  Ketosis adalah meningkatnya benda – benda keton dalam darah akibat produksi benda – benda keton, seperti asam beta-hidroksi butirat dan asam aseto asetat, di dalam hati.

Dengan meningkatnya benda – benda keton di dalam darah maka darah akan bersifat asam sehingga sering dikenal sebagai ketoasidosis diabetika (DKA) yang dapat menyebabkan koma.