Glukosa mengalami sederet perubahan bila dalam larutan yang menunjukkan bahwa struktur bukan suatu rantai terbuka yang sederhana. D-(+)-glukosa biasa (dimurnikan dengan membiarkannya mengkristal dari larutan dalam etanol) mempunyai titik leleh 146 0C dan putaran jenis +1120. jika mengkristalkan glukosa dari larutan asam asetat, atau membiarkan glukosa mengkristal dari larutan air pada suhu tetap 98 0C, glukosa yang mengendap mempunyai titik leleh 150 0C dan putaran jenis +190. Bentuk biasa disebut bentuk α dan bentuk yang titik lelehnya lebih tinggi disebut bentuk β.

Jika melarutkan bentuk manapun dari kedua bentuk D-(+)-glukosa dalam air dan mengukur rotasi jenisnya, akan dihasilkan bahwa nilai putaran jenisnya perlanahan – lahan berubah sampai nilai akhir 530. kedua bentuk berubah menghasilkan putaran jenis akhir yang sama. Proses ini disebut murotasi.
mutarotasi

Mutarotasi dari D-(+)-glukosa dapat dijelaskan dengan keberadaan bentuk hemiaseal siklik dari glukosa. D-(+)-glukosa terdapat dalam dua bentuk hemiasetal siklik yang berbeda dalam orientasi gugus hidroksil hemiasetal. Bentuk α mempunyai gugus 1-OH trans terhadap gugus CH2OH, bentuk β mempunyai gugus 1-OH cis terhadap gugus CH2OH. Ini berarti bahwa gugus 1-OH aksial dalam bentuk α dan ekuatorial dalam bentuk β.

Mutarotasi terjadi karena bentuk α dan bentuk β berada dalam kesetimbangan dengan bentuk rantai tertutup. Karena larutan yang mempunyai putaran jenis +530 adalah suatu campuran setimbang dari kira – kira sepertiga bentuk α dan dua pertiga bentuk β. Jumlah bentuk rantai terbuka sangat sedikit dalam kesetimbangan itu.
hemiasetal siklis