komplikasi diabetes

        Komplikasi dari penyakit diabetes dapat dibedakan menjadi komplikasi yang bersifat akut dan menahun atau kronis. Komplikasi akut yaitu memerlukan tindakan pertolongan yang cepat. Komplikasi yang menahun atau kronis timbul setelah penderita mengidap diabetes selama 5 – 10 tahun atau lebih.

        Komplikasi akut meliputi ketoacidosis diabetika (DKA), koma non ketosis hiperosmolar (koma hiperglikemia), dan hipoglikemia. Meskipun pada DKA dan koma hiperosmolar terdapat higlikemia, tetapi DKA terdapat adanya ketonemia dan ketonuria. Pada keduanya terdapat kenaikan kadar gula darah yang kadang – kadang mencapai 400 mg/dl, dehidrasi dan drowsiness sampai koma. Keduanya memerlukan terapi insulin untuk menurunkan gula darah dengan cepat. Hipoglikemia adalah suatu keadaan dengan kadar gula darah yang menurun sampai kurang dari 50 mg/dl. Keadaan ini pada penderita diabetes biasanya timbul karena pemberian insulin yang berlebihan.
       
        Ketoacidosis diabetika (DKA) sering terjadi pada penderitadiabetes tipe I (IDDM). Penyakit tersebut biasanya dipercepat oleh suatu penyakit akut, misalnya penyakit infeksi, trauma, gangguan kardiovaskuler, stress emosi, dan penghentian pemberian insulin. Suatu penyakit infeksi dapat menyebabkan gula darah penderita diabetes menjadi tidak terkontrol yang bilsa dibiarkan dapat berakhir dengan DKA.

        Sebelum terjadinya DKA, penderita sering mengeluh poliuri dan polidipsi selama beberapa hari, yang disertai dengan mual, muntah, tidak ada nafsu makan, dan kadang – kadang sakit perut. Pemeriksaan darah pada penderita DKA menunjukkan hiperglikemia, gula darahnya berkisar 200 – 1000 mg/dl. Selain terdapat peningkatan kadar keton plasma, reaksi darah juga menunjukkan tanda – tanda asidosis, yaitu pH darah < 7,2 dan HCO3 15 mEq/L. Penderita DKA menunjukkan tanda – tanda dehidrasi, takhipneu (napas cepat), dan aseton halitosis (napas berbau seperti aseton). Kesadaran penderita menurun, dan dapat sampai terjadi koma.

        Sindrom non-ketosis hiperosmolar terutama terjadi pada penderita diabetes tipe II. Ggejalanya terjadi dehidrasi, hipovolemia, dan kesadaran menurun sampai koma. Gula darah meningkat dari 600 mg/dl sampai 1000 mg/dl, tetapi tidak disertai dengan ketosis. Menurut Feingold (1990), hal ini mungkin disebabkan masih terdapat sisa – sisa insulin yang cukup  untuk menekan terjadinya liposis. Pada umumnya sindrom ini terjadi setelah diabetes penderita tidak terkontrol, poliuria, dan polidipsi.

        Gejala akut timbul kurangnya konsumsi cairan, yang dapat dipercepat dengan adanya infeksi, stroke, infark jantung, atau gangguan pencernaan. Dengan adanya kekurangan cairan akan mengakibatkan gangguan kesadaran penderita.


        Hipoglikemia, terutama ditemui pada penderita IDDM, terjadi akibat pemberian insulin yang berlebihan. Gejal hipoglikemia ringan sering terjadi pada penderita yang terlambat makan atau penderita yang meningkatkan latihan (olah raga). Gejala yang ditunjukkan pada orang yang menderita kelaparan, misalnya keringat dingin, gemetar, berdebar – debar, pusing atau sakit kepala ringan. Bila tidak cepat diatasi, penderita akan merasa berputar – putar dan pingsan. Pada kasus yang berat dapat terjadi kekejangan. Hal yang serius yang daapat terjadi bila kejadian ini timbul saat penderita sedang tidur dan tidak mengetahui seranga itu sehingga keesokan harinya ia tidak bangun. Sebagai pedoman, bila berkeringat di tengah malam, hal ini menunjukkan tanda hipoglikemia.