Penyebutan
Awan Magellan dikarenakan kaya akan gas tetapi miskin akan bahan logam dan
unsur - unsur pembentuk planet serta bintang,
awan Magellan bisa dikatakan galaksi yang masih dalam proses, tetapi
setidak-tidaknya mereka memiliki helium dan hydrogen yang sebesar Bima sakti sebagai salah satu bahan bakar bintang, bahkan mulai dari awal pengamatan,
galaksi Magellan memiliki formasi bintang yang lebih aktif daripada galaksi
Bima sakti. Al Sufi merupakan astronom dari Persia yang pertama kali menemukan
galaksi Magellan di tahun 964 yang dia tulis dalam buku yang berjudul Book of
Fixed Stars. Awan Magellan besar terbentuk dari salah satu bintang yang
meledak (mengalami supernova)
pada abad ke 4 yaitu SN 1987A dan merupakan cahaya yang sangat terang pada abad
itu. Awan Magellan kecil merupakan sebuah pendapat dari astrophysicists D.S.
Mathewson, V. L. Ford dan N. Visvanathan yang menyatakan bahwa kemungkinan dari
supernova SN 1987A di abad ke 4 itu telah pecah menjadi 2 bagian dengan salah
satu bagiannya lebih kecil dari yang lain. Hal ini didasari dari adanya keterkaitan dan
konektivitas antara awan Magellan besar dan awan Magellan kecil, mudahnya kedua
galaksin atau nebula ini saling berinteraksi dengan aktif bahkan bergerak
bersamaan.
Pada
tanggal 4 Agustus 2010, para ilmuwan berhasil mengambil gambar tiga dimensi
dari ledakan sebuah bintang di galaksi Magellan besar. Tanggal 18 April 2012,
para astronom dan ilmuwan mengatakan bahwa di sekitar matahari tidak ditemukan adanya materi gelap, atau lebih tepatnya
sebuah bukti adanya materi gelap, tetapi mereka menduga bahwa dari bentuk dan
kandungan unsur - unsur di galaksi Magellan, di galaksi inilah banyak didapati
materi gelap. Baru-baru ini tanggal 10 Januari 2013, sebuah uji coba
pengambilan gambar beresolusi tinggi dari galaksi Magellan besar diadakan oleh
ESO dan hasilnya luar biasa bagus sehingga gambar ini dapat digunakan untuk
mempelajari lebih detail tentang Awan Magellan.
Sebuah tim astronom internasional telah memetakan secara
detail wilayah kelahiran-bintang pada galaksi pembentuk-bintang yang paling
dekat dengan galaksi bima sakti, langkah menuju pemahaman kondisi di seputar
penciptaan bintang. Dipimpin oleh profesor astronomi University of Illinois,
Tony Wong, para peneliti mempublikasikan temuan mereka ini dalam Astrophysical
Journal Supplement Series edisi
Desember. Awan Magellan Besar (LMC) merupakan galaksi populer di kalangan para
astronom baik karena kedekatannya dengan Bima Sakti serta pemandangannya
yang spektakuler, sebuah vista gambar-besar yang tidak mungkin
tertangkap dalam galaksi bima sakti sendiri.
Meskipun para astronom telah memiliki teori bagaimana
individu bintang terbentuk, sangat sedikit yang diketahui tentang apa yang
memicu proses atau kondisi lingkungan yang optimal bagi kelahiran bintang. Tim
Wong berfokus pada area yang disebut awan molekul, yang merupakan sebidang gas
padat terutama molekul hidrogen dimana bintang – bintang baru dilahirkan.
Dengan mempelajari awan - awan molekul ini dan hubungannya dengan bintang baru
dalam galaksi, tim riset berharap bisa mempelajari lebih lanjut tentang metamorfosis awan gas sehingga menjadi
bintang-bintang.
Dengan menggunakan teleskop radio berdiameter 22 meter di Australia,
para astronom memetakan lebih dari 100 awan molekul di LMC dan memperkirakan
ukuran dan massanya, mengidentifikasi wilayah yang mengandung bahan-bahan yang
cukup untuk membuat bintang-bintang. Tugas yang tampaknya sederhana ini
memunculkan temuan yang mengejutkan.
Kebijakan konvensional menyatakan bahwa sebagian
besar massa gas molekul dalam galaksi dibagi menjadi beberapa awan besar.
Namun, tim Wong menemukan bahwa awan bermasa rendah ternyata lebih banyak
dari yang mereka duga sedemikian banyaknya, sebagian besar gas padat bertaburan
di seluruh galaksi dalam bentuk awan molekul kecil, bukan mengelompok dalam
beberapa gumpalan besar.
Sejumlah besar awan yang relatif bermassa rendah ini
mengindikasikan bahwa kondisi pembentukan-bintang di LMC mungkin relatif luas
dan mudah untuk dicapai. Temuan ini memunculkan beberapa pertanyaan menarik
tentang mengapa beberapa galaksi menghentikan pembentukan bintangnya sementara
yang lainnya terus melakukannya. Untuk lebih memahami hubungan antara awan
molekul dan pembentukan bintang, tim riset membandingkan peta awan molekul
mereka dengan peta radiasi inframerah, yang mengungkapkan di mana bintang - bintang
muda memanaskan debu kosmik. Sebagai perbandingan, mereka mengeksploitasi
sampel bintang berat baru lahir yang dipilih secara cermat, yang disusun oleh
profesor astronomi UI, You-Hua Chu dan Robert Gruendl. Bintang - bintang ini
sedemikian muda dan masih sangat tertanam dalam kepompong gas dan debu.
COMMENTS