Kars diambil
dari bahasa inggris “karst”. Asa muasal penggunaan kars adalah Cvijic, peneliti
alam ahli geologi sebagai satu istilah untuk suatu kawasan di dekat kota
Trieste di Slovenia. Kawasan itu merupakan perbukitan gersang, kering
kerontang, panas, dan berwarna putih. Perbukitan tersebut berbeda dengan bukit
– bukit lainnya, karena terutama batuan terdiri dari batu gamping atau batu
kapur yang unsur utamanya senyawa karbonat CaCO3. Senyawa ini mudah
larut jika bereaksi dengan air hujan yang kaya akan CO2. hasil
larutannya adalah kalsium bikarbonat yang dapat bereaksi balik menjadi karbonat
kembali.
Proses pelarutan batu gamping oleh air hujan yang meresap ke
dalam batu gamping, selanjutnya terjadi proses abrasi, menghasilkan bentukan
alam berupa lubang – lubang dan gua dalam batuan. Material yang larut akan
diendapkan di tempat lain dan membentuk endapan – endapan baru tetapi umumnya
berada dalam gua batu gamping itu sendiri. Endapan – endapan baru itu menghiasi
lubang dan gua berupa stalaktit yang
menggantung dari langit – langit gua, atau stalagmit
yang menonjol dari dasar gua, atau flowstone
yang menempel pada dinding gua.
Jika di permukaan bumi terdapat perbukitan berbatu gamping,
umumnya akan berkembang menjadi perbukitan kars. Bahkan di kawasan tropis
seperti Indonesia atau Puerto Rico di Amerika Tengah, perbukitan kars dicirikan
perbukitan yang sangat unik dan eksotik. Topografinya dicirikan dengan banyak
bukit yang berbentuk kerucut dengan puncak membulat. Akibat banyaknya beberapa
daerah masyarakatnya menyebut Gunung Seribu (Sumatera barat), Gunung Sewu (Jawa
Tengah). Di daerah Maros, Sulawesi Selatan, perbukitan kars tidak lagi
berbentuk kerucut membulat, tetapi tinggi dan terjal, sehingga disebut kars
menara, yang hampir sama dengan di Guilin, Cina. Selain itu, perbukitan kars
mempunyai sistem ekosistem yang berbeda dengan perbukitan lainnya.
COMMENTS