Gaharu adalah jenis pohon kayu berwarna
kehitaman dan mengandung resin khas yang merupakan antibodi, dihasilkan
oleh sejumlah spesies tanaman pohon keras dari marga Aquilaria, terutama Aqualaria malaccensis. Secara umum, dipasar
internasional gaharu dikenal dengan nama pasar yaitu eaglewood, agarwood,
aloewood. Resin ini digunakan dalam industri wangi-wangian (parfum dan setanggi)
karena berbau harum. Gaharu sejak awal era modern (2000 tahun yang lalu) telah
menjadi komoditi perdagangan dari Kepulauan Nusantara ke India , Persia , Jazirah Arab, serta Afrika Timur.
Bahkan sekarang ini gaharu merupakan bahan baku wewangian yang paling dicari dipasar
internasional. Hal ini dipengaruhi juga dari sektor kedokteran, dimana
paradigma dunia tentang pengobatan back to nature mulai
berkembang. Para ahli kedokteran menambahkan gaharu kedalam bahan baku obat yang penting
mengingat manfaat kandungan resin yang ada didalam satu pohon gaharu memiliki
banyak fungsi yang luar biasa.
Gaharu dihasilkan tanaman sebagai
respon fisiologi dari masuknya mikroba yang masuk ke dalam jaringan
yang terluka. Terjadinya luka pada tanaman berkayu dapat disebabkan secara
alami karena adanya cabang dahan yang patah atau kulit terkelupas,
maupun secara sengaja dengan pengeboran dan penggergajian. Masuknya
mikroba ke dalam jaringan tanaman dianggap sebagai benda asing sehingga sel
tanaman akan menghasilkan suatu senyawa fitoaleksin yang
berfungsi sebagai pertahanan terhadap penyakit atau patogen. Senyawa fitoaleksin tersebut
dapat berupa resin berwarna coklat dan beraroma harum, serta menumpuk pada
pembuluh xilem dan floem untuk mencegah meluasnya luka ke
jaringan lain. Namun, jikka mikroba yang menginfeksi tanaman dapat
mengalahkan sistem pertahanan tanaman maka gaharu tidak terbentuk dan bagian
tanaman yang luka dapat membusuk. Ciri-ciri bagian tanaman yang telah
menghasilkan gaharu adalah kulit batang menjadi lunak, tajuk
tanaman menguning dan rontok, serta terjadi pembengkakan, pelekukan, atau
penebalan pada batang dan cabang tanaman. Senyawa gaharu dapat menghasilkan
aroma yang harum karena mengandung senyawa guia dienal, selina-dienone,
dan selina dienol.
Untuk kepentingan komersil, masyarakat
mengebor batang tanaman penghasil gaharu dan memasukkan inokulum cendawan ke
dalamnya. Setiap spesies pohon penghasil gaharu memiliki mikroba spesifik
untuk menginduksi penghasilan gaharu dalam jumlah yang besar. Beberapa contoh cendawan yang
dapat digunakan sebagai inokulum adalah Acremonium sp., Cylindrocarpon sp., Fusarium
nivale, Fusarium solani, Fusarium fusariodes, Fusarium roseum,
Fusarium lateritium dan Chepalosporium sp.
Kayu Gaharu untuk keperluan
internasional dijual dalam tiga bentuk
produk yaitu :
1.
Gubal Gaharu,
berupa bongkahan kayu kehitaman dengan warna harum yang tajam dan awet. Harga
Gubal bisa mencapai Rp 4 juta hingga 400 juta perkilonya.
2.
Kamedangan,
kayu potongan sisa pengambilan gubal yang masih berwarna hitam namun
keharumannnya tidak sekuat gubal. Potongan kayu ini masih memiliki harga tinggi
sekitar Rp 400 ribu hingga 5 jutaan perkilonya
3.
Abu Gaharu,
serbuk sisa pencongkelan gubal yang masih berwarna hitam dan mengandung
wewangian. Abu Gaharu di hargai sekitar Rp 150 ribu.
COMMENTS